Monday, October 29, 2012

Dialog TBM dengan Penerbit

Jumat, 2 November 2012
Pukul 16.00-17.00
Pembuka Dialog: Intan Safitri (Balai Pustaka)


Selain peran keaksaraan dari sisi permintaan berupa pengentasan buta huruf, Taman Bacaan Masyarakat juga memiliki peran melakukan upaya percepatan keaksaraan dari sisi penawaran atau supply bahan bacaan, terutama buku.  Sehingga orientasi dan visi kegiatan yang ada tida melulu pada membaca atau menjadi konsumen buku (bacaan), tapi juga harus mulai untuk menjadi produsen buku (bacaan). Dari membaca ke penulis. Dari reader ke writer.

Ini penting karena secara statistik jumlah buku yang beredar dibandingkan dengan jumlan penduduk masih sangat sedikit. Di Indonesia pertahun tak kurang dari 30.000 judul buku baru diterbitkan. Dengan asumsi tiap judul dicetak 3.000 eksemplar, maka pertahun jumlah buku yang beredar 90.000.000 eksemplar. Besar memang. Lebih besar ketimbang Malaysia yang hanya 30.000.000 eksemplar (10.000 judul). Namun karena jumlah penduduk kita juga besar, indeks perkapita buku perorang pun jadi kecil. Hanya 0,40. Sedangkan Malaysia 1,07.

Belum lagi soal distribusi buku, terutama di daerah pelosok-pelosok Nusantara (luar jawa). Jumlah toko buku kita hanya sekitar 5000, itu pun lebih banyak terpusat di Jawa. Akibatnya harga buku di luar Jawa menjadi sangat mahal, karena faktor distribusi yang tidak efisien. Harga suatu buku di Jawa yang hanya Rp28.000 di Papua bisa naik menjadi Rp100.000. Satu meter ruang rak buku di Toko Buku harus diperebutkan oleh tak kurang dari 250 judul, hingga akhirnya membuat umur kebaruan suatu buku baru menjadi semakin pendek. Bila dalam waktu dua-tiga bulan angka penjualannya tidak signifikan langsung dikembalikan ke Penerbit/distributor.

Atas dasar pemikiran itu, TBM harus melakukan terobosan baru dalam rangka meningkatkan stok atau ketersediaan bahan bacaan. Memperbesar keaksaraan dari sisi penawaran, karena tanpa ada upaya ini, tingginya tingkat keaksaraan dari sisi permintaan (jumlah orang yang melek huruf) tidak akan secara otomatis meningkatkan pula budaya baca.

Salah satu bentuk terobosan baru tersebut adalah keharusan bekerjasama dengan Penerbit. Dalam dialog ini akan dibicarakan segala hal yang berkaitan dengan penerbitan buku (penulisan, pencetakan, hingga distribusi) serta hal-hal apa saja yang bisa disinergikan antara Penerbit dan TBM. Termasuk peran penerbit dalam menolong TBM-TBM yang belum memiliki koleksi buku yang memadai dan kemungkinan menjadi TBM-TBM yang ada bisa menjadi toko buku (saluran distribusi) alternatif. Untuk itu dalam secara khusus dalam Festival TBM 2012 akan menghelat sesi Dialog antara Pengelola TBM dan Penerbit.