Pukul 16.00-17.00
Pembuka Dialog: Intan Safitri (Balai Pustaka)
Selain peran
keaksaraan dari sisi permintaan berupa pengentasan buta huruf, Taman Bacaan
Masyarakat juga memiliki peran melakukan upaya percepatan keaksaraan dari sisi
penawaran atau supply bahan bacaan, terutama buku. Sehingga orientasi dan visi kegiatan yang ada
tida melulu pada membaca atau menjadi konsumen buku (bacaan), tapi juga harus
mulai untuk menjadi produsen buku (bacaan). Dari membaca ke penulis. Dari reader
ke writer.
Ini penting karena
secara statistik jumlah buku yang beredar dibandingkan dengan jumlan penduduk
masih sangat sedikit. Di Indonesia pertahun tak kurang dari 30.000 judul buku
baru diterbitkan. Dengan asumsi tiap judul dicetak 3.000 eksemplar, maka
pertahun jumlah buku yang beredar 90.000.000 eksemplar. Besar memang. Lebih
besar ketimbang Malaysia yang hanya 30.000.000 eksemplar (10.000 judul). Namun
karena jumlah penduduk kita juga besar, indeks perkapita buku perorang pun jadi
kecil. Hanya 0,40. Sedangkan Malaysia 1,07.
Belum lagi soal
distribusi buku, terutama di daerah pelosok-pelosok Nusantara (luar jawa).
Jumlah toko buku kita hanya sekitar 5000, itu pun lebih banyak terpusat di
Jawa. Akibatnya harga buku di luar Jawa menjadi sangat mahal, karena faktor
distribusi yang tidak efisien. Harga suatu buku di Jawa yang hanya Rp28.000 di
Papua bisa naik menjadi Rp100.000. Satu meter ruang rak buku di Toko Buku harus
diperebutkan oleh tak kurang dari 250 judul, hingga akhirnya membuat umur
kebaruan suatu buku baru menjadi semakin pendek. Bila dalam waktu dua-tiga
bulan angka penjualannya tidak signifikan langsung dikembalikan ke
Penerbit/distributor.
Atas dasar pemikiran
itu, TBM harus melakukan terobosan baru dalam rangka meningkatkan stok atau
ketersediaan bahan bacaan. Memperbesar keaksaraan dari sisi penawaran, karena
tanpa ada upaya ini, tingginya tingkat keaksaraan dari sisi permintaan (jumlah
orang yang melek huruf) tidak akan secara otomatis meningkatkan pula budaya
baca.
Salah satu bentuk
terobosan baru tersebut adalah keharusan bekerjasama dengan Penerbit. Dalam
dialog ini akan dibicarakan segala hal yang berkaitan dengan penerbitan buku
(penulisan, pencetakan, hingga distribusi) serta hal-hal apa saja yang bisa
disinergikan antara Penerbit dan TBM. Termasuk peran penerbit dalam menolong
TBM-TBM yang belum memiliki koleksi buku yang memadai dan kemungkinan menjadi
TBM-TBM yang ada bisa menjadi toko buku (saluran distribusi) alternatif. Untuk
itu dalam secara khusus dalam Festival TBM 2012 akan menghelat sesi Dialog
antara Pengelola TBM dan Penerbit.